Minggu, 14 September 2008

Memberi contoh dengan perbuatan...



"Gila ya!! hari minggu gini kegiatan nya padet banget." Kalimat tersebut spontan meluncur dari seorang teman, sesama wartawan, saat sepeda motor yang kami tumpangi pada hari minggu itu disalib mobil dinas Bupati Serang Haji Ahmad Taufik Nuriman di jalan raya Serang-Cilegon. Bupati dan kami baru saja usai menghadiri acara sebuah partai politik. Bedanya, kalau kami berdua memutuskan untuk pulang, Taufik Nuriman justru masih harus menghadiri acara pembukaan pasar rakyat yang diadakan oleh sebuah bank plat merah. Kabarnya, setelah itu, dia masih harus menghadiri sebuah acara silaturahmi yang diadakan oleh sebuah yayasan pondok pesantren.

"Terkadang anak-anak suka protes juga. Tapi akhirnya mereka ngerti sendiri kalau bapaknya ini milik semua warga Kabupaten Serang," ujar Taufik saat membuka perbincangan dengan Tangerang Tribun pada suatu sore di teras rumahnya yang asri di bilangan Ciracas, Kota Serang.

Sebenarnya, menurut Taufik, sejak kecil kedua anaknya yakni Esa Kurniati dan Eki Baihaki sudah terbiasa ditinggal-tinggal. Maklum waktu itu Taufik adalah tentara di kesatuan khusus TNI, Kopasus. Kalau sudah begitu, sang istri, Eneng Ratna, yang akan memberikan pengertian kepada anak-anak, bahwa sang ayah pergi untuk menunaikan tugas dari negara. Mungkin karena terbiasa menjadi anak "kolong" itu pula lah, akhirnya ketika sang ayah menjadi Bupati sekalipun, kedua anak Taufik jauh dari kesan manja. Alih-alih menuntut waktu yang lebih banyak dari ayah mereka, kedua anak Taufik justru lebih sering memberikan dorongan agar ayahnya itu lebih banyak mengisi waktunya dengan menjalankan tugas sebagai kepala daerah. "Alhamdullih mungkin nilai-nilai hidup mandiri dan berdisiplin yanag saya terpakan ketika di rumah sedikit banyak akhirnya mempengaruhi perilaku dan fikiran mereka," katanya.

Dalam menanamkan nilai-nilai disiplin kepada anak-anaknya, Taufik mengaku, lebih banyak dengan cara memberi contoh perbuatan ketimbang dengan perkataan. Taufik menyebut, waktu masih jadi tentara dulu, dia kerap membantu sang istri mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari menyapu hingga menyetrika pakaian. Dengan begitu, dia ingin memberi contoh kepada kedua anaknya bahwa hidup menjadi manusia itu tidak boleh terlalu tergantung kepada orang lain. "Kalau sekarang jujur sih udah gak sempet bantuan istri mengerjakan pekerjaan rumah itu. Tapi sekarang anak-anak saya menmgikutinya. Minimal terhadap perabotan milik mereka sendiri. Nyuci mobil sendiri misalnya," imbuhnya.

Meski lama dinas di militer, yakni hampir selama 20 tahun, tidak sedikitpun tampak gaya-gaya khas militer yang kaku pada diri Taufik. Panggilan penuh nada sayang selalu keluar dari mulutnya setiap kali memanggil istri dan anak-anaknya. Mungkin karena itu juga lah, kedua anaknya, diakui sangat terbuka untuk membicarakan permasalahan mereka, meski yang bersifat pribadi sekalipun. "Anak saya itu kalau ada yang suka aja misalnya, layaknya remaja lainnya, ya dia cerita sama saya," kata pria yang hobi main tenis dan berkebun ini.

Menyadari sempitnya waktu untuk bisa berkumpul bersama keluarga, Taufik akhirnya seperti telah memutuskan untuk membuat sebuah peraturan tidak tertulis didalam keluarga. Setiap malam minggu dia selalu berusaha untuk pergi bersama keluarga, meski hanya untuk sekedar makan malam di tempat-tempat favorit. Kalau sudah begitu, si sulung yang sudah tinggal bersama suaminya, Kapten (inf) Romas Herlandes, di Jakarta pun dengan senang hati akan pulang ke rumah di Serang. Begitu juga dengan si bungsu yang kini terpaksa harus tinggal di sebuah kamar kos di dekat kampusnya di Jakarta. Dan rombongan keluarga kepala daerah ini pun siap untuk menyantap makanan kesukaan mereka di tempat-tempat makan yang terkenal kelezatannya di Kota Serang atau di Cilegon. "Kalau saya sih sebenernya suka sayur asem dan ikan asin. Tapi ibu nya dan anak-anak sekarang lagi seneng karaoke, jadi sekarang lebih sering cari tempat makan yang ada karaokenya," ujarnya.

Kegiatan mengisi waktu luang bersama keluarga di setiap akhir pekan itu, kata Taufik, pada akhirnya mampu menjauhkan kedua anaknya dari gaya hidup anak muda yang cenderung hura-hura di malam minggu. Taufik juga yakin kalau kedua anaknya itu selalu bersikap menjaga kehormatan orang tua dengan tidak pernah berbuat sewenang-wenang dengan mengatasnamakan nama besar bapaknya yang seorang Bupati.

Peraturan tidak tertulis lainnya yang dibuat Taufik untuk menjaga keakraban di rumahnya adalah sholat magrib dan subuh berjamaah, serta pengajian Yasin setiap malam Jum'at. "Kalau yang ini berlaku untuk semua orang di rumah. Supir, ajudan, pembantu dan keponakan-keponakan yang kebetulan tinggal disini," katanya.

Kesan Islami yang lekat pada diri pria kelahiran Ciruas 2 Oktober 1953 dari pasangan KH Nuriman dan Hj Sohrabah ini nampaknya tidak hanya di permukaan alias hanya etalase saja. Betapa tidak, banyak sumber Tangerang Tribun yang menyebutkan kalau Taufik tidak pernah alfa menjalankan puasa sunat Senin-Kamis. "Saya kadang nggak enak kalau terpaksa harus menginap di rumah beliau. Habis setiap habis sholat subuh beliau mesti Yasin-an. Terkadang kita kan pengennya tidur lagi kalau abis subuh ya," kata seorang staf pribadi Taufik suatu ketika setengah berbisik seraya terkekeh.

Pengamatan Tangerang Tribun juga menunjukan hal yang tidak jauh berbeda. Hampir dalam setiap sambutannya dalam berbagai acara, tidak harus acara keagamaan, Taufik tidak pernah ketinggalan untuk menyelipkan petatah-petitihnya dengan mengutip ayat-ayat Qur'an atau hadis Nabi Muhammad SAW. "Ya saya ini kan berasal dari keluarga yang Alhamdullilah Islami. Ayah saya itu alumni Pesantren Al-khairiyah Citangkil. Saya sendiri kan pendidikan formalnya serba Islam, mulai dari PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) sampai IAIN (Institut Agama Islam Negeri)," ujarnya menjelaskan alasan kentalnya nuansa Islami yang melekat pada dirinya.(idm)

Tidak ada komentar: